11.17.2009

BATU EMPEDU / KOLELITIASIS / CHOLELYTHIASIS Operasi Kolesistektomi

Indikasi operasi batu kandung empedu salah satunya adalah kolelitiasis yang disertai keluhan / simptomatik.

Yaitu nyeri hilang timbul di daerah uluhati atau kanan atas perut. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung atau ujung bahu kanan dapat disertai mual dan muntah2

Operasi dapat dilakukan dengan kolesistektomi laparoskopik / gold standard ; untuk kasus yang sulit atau fasilitas laparoskopik tidak ada maka operasi dilakukan dengan 'open'

11.14.2009

USUS BUNTU - APENDIKS (HEALTH TODAY November 2009)
Usus buntu atau appendix adalah organ yang letaknya disisi posteromedial dari sekum (bagian dari usus besar), kurang lebih 2,5 cm dibawah katup ileosekum. Panjangnya bervariasi, rata-rata 5-10 cm. Karena posisi-nya yang bervariasi, jika usus buntu mengalami peradangan (selanjutnya disebut apendisitis) sering mengakibatkan keluhan yang berbeda-beda. Dan karena posisinya berdekatan dengan banyak organ, jika terjadi apendisitis sering menampakkan gejala yang mirip dengan peradangan pada organ sekitarnya. Infeksi saluran kencing, batu pada saluran kencing, radang pada organ reproduksi wanita adalah salah satu dari kasus yang gejalanya hampir mirip dengan apendisitis. Pemeriksaan fisik yang baik dan atau disertai dengan pemeriksaan penunjang dapat menetapkan diagnosa apendisitis dengan baik. Radang usus buntu terpicu karena adanya sumbatan pada usus buntu. Sumbatan mengakibatkan pembengkakan usus buntu dan lama-lama tekanan intra-lumen apendiks meningkat, mengakibatkan dinding usus buntu rapuh dan perforasi / pecah. Awal serangan biasanya nyeri disekitar pusar bahkan pada banyak kasus menyerupai nyeri pada ulu hati / lambung. Lama-lama nyeri muncul pada daerah perut kanan bawah. Kualitas nyeri bervariasi tergantung dari banyak hal, antara lain apakah pernah mengkonsumsi obat antibiotik sebelumnya, apakah pernah mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri sebelumnya, letak usus buntu yang meradang dan seberapa parah kondisi usus buntu yang meradang.
Pada awal serangan, peradangan masih terlokalisir di apendiks , dampaknya tidak sehebat jika peradangan sudah berlanjut. Gejala awal seperti menyerupai sakit maag yaitu nyeri uluhati, mual, muntah atau kembung dan dapat juga disertai diare terus menerus. Jika peradangan sudah berlanjut, infeksi biasanya sudah menyebar ke seluruh rongga perut akibatnya terjadi perluasan infeksi pada organ yang lain. Pasien dapat jatuh dalam kedaaan infeksi berat dan dapat menimbulkan kematian Penatalaksanaan sebagian besar harus dioperasi, dengan metode konvensional atau dilakukan dengan laparoskopi . Pada apendisitis infiltrat yang berupa massa biasanya dirawat selama beberapa hari untuk kemudian akan dioperasi setelah beberapa bulan kemudian. Mortalitas meningkat terjadi pada anak-anak, usia tua, kasus dengan keterlambatan diagnosa serta kasus apendisitis dengan perforasi (kondisi usus buntu yang sudah pecah)
Hal-hal penting diketahui seputar apendisitis
1. Waspada jika sering mengalami keluhan nyeri pada ulu hati / lambung atau mengalami gejala-gejala yang mirip dengan sakit maag, atau mengalami diare terus menerus yang juga tidak kunjung reda meskipun telah diberikan obat-obatan, atau mengalami rasa mulas yang berkepanjangan disertai dengan sulit BAB dan atau BAB hanya berupa lendir atau cairan dan juga tidak membaik meskipun telah diberikan pengobatan. Segera konsultasi pada dokter bedah terdekat.
2. Diagnosa apendisitis tidak selalu disertai dengan jumlah sel darah putih / leukosit yang meningkat dalam darah
3. Untuk meminimalkan komplikasi setelah operasi, operasi dapat dilakukan dengan laparoskopi, selain menghasilkan komplikasi yang minimal, lama rawat juga menjadi lebih singkat
4. Perjalanan apendisitis sangat bervariasi, hal ini menimbulkan banyak perbedaan antara satu pasien dengan pasien lainnya. Perbedaan dalam hal operasi, ada yang sayatan dilakukan di kanan bawah, ada yang dilakukan di tengah perut atau ada yang dilakukan dengan laparoskopik. Ada yang harus disertai dengan pemasangan drain / selang di perut. Ada yang harus disertai dengan puasa 1-2 hari, setelah operasi selesai. Hasil akhir operasipun berbeda tergantung dari tingkat keparahan. Komplikasi setelah operasi, a.l perdarahan, infeksi juga banyak tergantung oleh banyak hal. Semakin ringan tingkat keparahan apendisitis maka kesembuhan dan lama rawat menjadi lebih singkat.
5. Jangan takut untuk menghadapi operasi karena pengobatan apendisitis satu-satunya adalah dengan operasi. Sebelum operasi, dokter bedah akan mempersiapkan kondisi pasien sampai layak untuk menjalani operasi, selain itu dokter juga akan memilih tehnik operasi yang sesuai dengan kondisi apendisitis yang diderita. Operasi pada tahap awal apendisitis dapat menurunkan kejadian komplikasi.
6. Apendisitis tidak ada hubungan langsung dengan kebiasaan makan jambu biji atau cabai.

6.07.2009

VARISES (HealthToday Juni 2009)
Varises adalah suatu keadaan dimana pembuluh darah balik/vena membesar dan berkelok2. Istilah varises umumnya ditujukan pada daerah tungkai meskipun sebenarnya dapat terjadi pada daerah-daerah yang lain. Varises berhubungan erat dengan kelemahan struktur tonus otot pembuluh darah balik atau vena. Pada dasarnya vena tidak mempunyai cukup kekuatan untuk mendorong darah kembali ke peredaran, karena arah alirannya ke atas. Untuk membantu darah bergerak ke atas, vena dilengkapi katup. Katup terbuka untuk membiarkan darah mengalir, kemudian katup menutup kembali setelah darah melaluinya. Jika tonus otot di sekitar pembuluh vena kurang kekuatannya/lemah, maka terjadilah stasis (aliran darah terhenti) dan darah cenderung berkumpul di dasar vena, sehingga vena melebar. Akibatnya, timbul pengendapan-pengendapan darah pada pembuluh vena yang kemudian membentuk tonjolan-tonjolan besar berkelok-kelok berwarna kebiru-biruan, yang kemudian kita kenal sebagai varises. Istilah varises lebih sering digunakan untuk tungkai bawah. Meskipun demikian varises dapat juga terjadi pada tempat lain seperti pada funikulus spermatikus (varikokel), esofagus (varises esofagus), anorektal (hemoroid) Pemicu varises Sangat berkaitan dengan keturunan. Varises juga erat kaitannya dengan hormonal. Kejadian varises meningkat pada masa menstruasi, kehamilan trimester I dan II serta penggunaan obat-obat kontrasepsi. Dimana keadaan tersebut diatas, diduga menyebabkan tonus vena menjadi berkurang. Selain itu obesitas juga dapat memicu timbulnya varises karena pada obesitas, struktur vena menjadi kurang baik dan terjadi peningkatan volume darah. Faktor usia / penuaan juga menjadi pemicu varises. Pada usia tua terjadi fibroelastis pembuluh darah vena, elastisitas berkurang dan tonus otot juga berkurang. Pada orang yang banyak bekerja sambil berdiri, ada unsur gravitasi yang menyebabkan tonus harus bekerja keras untuk mengembalikan darah ke atas. Ini juga sebab lain yang dapat memicu timbulnya varises Pemicu varises lainnya adalah pernah mengalami cedera pada kaki dan mengalami keadaan dimana tekanan dalam perut meningkat. Penegakkkan diagnosa varises ditandai dengan adanya gambaran pembuluh darah balik/vena yang melebar dan berkelok-kelok. Selain itu dijumpai tanda-tanda sebagai berikut : Gatal, kaki terasa berat, pegal dan cepat lelah (terutama pada malam hari dan setelah melakukan aktifitas) Pembengkakan pada pergelangan kaki, biasanya akan berkurang bila kaki dielevasi/ditinggikan. Nyeri kaki terutama pada pagi hari dan berkurang bila dipakai berjalan. Kram pada malam hari. Perbedaan warna kulit di sekitar pembuluh vena yang mengalami gangguan. Kemerahan, tampak kering dan sensasi gatal pada aea kulit yang terkena sering dikenal dengan istilah stasis dermatitis atau venous eczema. Jika terjadi trauma ringan pada daerah yang mengalami gangguan maka dapat terjadi perdarahan lebih banyak dari normal dan atau mengalami proses penyembuhan yang lebih lama. Sering pada kulit diatas pergelangan kaki menjadi mengeras. Pemeriksaan lain misalnya pasien diminta untuk berdiri selama 5-10 menit, maka varises akan terlihat. Selain itu ada pemeriksaan lain yang dapat dilakukan misalnya beberapa test seperti Test Brodie-trendelenburg yang prinsipnya menilai aliran vena kembali jika sebelumnya dilakukan penekanan pada vena. Apakah diameter vena akan tidak berubah / tetap atau akan bertambah besar atau justru besarnya vena berkurang / hilang. Ultrasonografi dapat mendeteksi adanya varises, dengan cara menilai anatomi vena yang terkena. Doppler ultrasound , dapat mendeteksi aliran darah vena sehingga dapat memberikan informasi kompetensi aliran darah yang menuju katup terutama pada vena-vena yang dalam. Tindakan ini bermanfaat dilakukan sebelum tindakan operasi. Penatalaksanaan 1. Non Operatif Prinsipnya adalah menurunkan aliran darah dan tekanan darah dalam vena. Dan membuat pembuluh darah vena superfisial menjadi kempes. Dengan cara a.l : - Balut tekan - Elastic stocking / bebat elastik sepanjang hari kecuali tidur Jalan-jalan dianjurkan tapi duduk serta berdiri dalam waktu yang lama harus dhindari. 2. Skleroterapi (injeksi – kompresi) Obat skleroterapi menyebabkan trombosis dan sklerosis. Biasanya dilakukan pada varises dibawah lutut dan bukan untuk tindakan kosmetik karena akan menyebabkan kulit berwarna lebih gelap. 3. Pembedahan – prosedur ligasi-eksisi, saphenous stripping Indikasi pembedahan adalah : - Pernah mengalami perdarahan akibat ulkus varises - Nyeri berulang akibat varises - Pertimbangan kosmetik Tidak ada kontraindikasi untuk dilakukan tindakan injeksi dan pembedahan seperti antara lain infeksi tromboflebitis akut, DVT, kehamilan, tumor pelvik. Pada pre-operatif, lakukan evaluasi terhadap patensi dari sistim vena yang letaknya di dalam / profunda. Kemudian dilanjutkan dengan ligasi pembuluh darah vena . Tindakan minimal invasif seperti endovenous thermal ablation, meliputi endovenous laser ablation (ELA) dan radiofrequency ablation (ERA) sepertinya belum popular dilakukan di Indonesia. ELA dan ERA hanya dilakukan oleh dokter-dokter yang berpengalaman dan membutuhkan peralatan yang khusus. KEKAMBUHAN Setelah pembedahan, 10 % pasien mengalami varises kembali. Penyebab terbanyak adalah kegagalan untuk me ligasi / megikat seluruh vena-vena yang terlibat. TIPS DAN TRIK PENCEGAHAN 1. Olah raga secara teratur. 2. Berat badan dipertahankan normal 3. Untuk wanita, jangan terlalu sering menggunakan sepatu bertumit tinggi. Karena akan menyebabkan beban kaki menjadi lebih berat. 4. Hindari duduk lama sambil menyilangkan kaki, posisi ini akan menyebabkan aliran darah terhambat. 5. Meninggikan kaki secara teratur untuk membantu pembuluh darah balik/vena agar tidak bekerja terlalu berat.
Ada yang ingin berbagi soal varises?

4.02.2009

FISTULA ANI Luka bernanah / borok sulit sembuh disamping anus. (GATRA no 14 tahun XV 12-18 Februari 2009) Fistula ani atau Fistel paraanal adalah saluran yang menyerupai pipa (fistula, latin = pipa). Sering teraba menyerupai pipa/saluran yang mengeras. Saluran ini terbentuk mulai dari dalam anus (anorektal) menembus keluar bokong (perineum). Pada fistula ani selalu ditemukan 2 buah muara keluar, sering disebut dengan istilah external opening (daerah perineum) dan internal opening (anorektal). Lebih mudah untuk menemukan external opening dibandingkan internal opening apalagi kalau internal opening nya lebih dari satu (multipel) Karakteristik dibandingkan penyakit / gangguan lain yang berada disekitar anus (hemoroid/wasir, abses anal, fissure ani dll) adalah pada fistula ani sering terjadi kekambuhan dan infeksi ulang jika tidak mendapat penanganan yang baik. Sering dianggap tidak berbahaya. Tidak jarang banyak yang ’menyimpan’ fistula ani sampai bertahun-tahun. Gejala yang tampak ringan seperti bisul atau luka lecet di bokong membuat fistula ani sering mendapat penanganan yang keliru dan menyebabkan keterlambatan pasien untuk datang konsultasi ke dokter. Awal keluhan biasanya berupa keluarnya cairan yang tidak biasa dari anus (diluar waktu BAB / buang air besar) cairan bisa berupa nanah atau cairan serupa darah, nyeri pada anus, bengkak pada tepi anus yang berulang, gatal pada anus. Kadang-kadang di dahului dengan keluhan hemoroid /wasir. Sering mengalami abses anal (nanah pada anus) sebelumnya. External opening pada bokong akan terlihat spt bintik atau bulatan yang memerah, sering disertai rembesan nanah atau darah disekitarnya. Pasien sering mengira bintik atau bulatan tersebut, bisul atau luka lecet biasa. PENANGANAN Prinsipnya adalah pertama dokter akan mencari external dan internal opening. Dengan bantuan ’probe’, dokter bedah menemukan internal opening. Jika perlu dibantu dengan menyuntikkan methylene blue atau melakukan pemeriksaan penunjang fistulografi sebelum dilakukan tindakan operasi. Kemudian mencari kemungkinan ada tidaknya nya perluasan fistula, terutama pada kasus yang multipel. Kedua melakukan kuretase – membersihkan fistula dari nanah dan material infeksi lainnya jika perlu periksa kultur sensitifitas atas sampel yang diambil. Ketiga disepanjang fistula, dilakukan sayatan sampai fistula terbuka (fistulotomi). Setelah fistulotomi, tepi fistula di ambil (dieksisi) untuk diperiksa jaringan nya ( lab/patologi anatomi) jika diperlukan. Pada fistula yang sulit, misalnya horseshoe fistula, dimana saluran terbentuk meluas ke dua sisi (mengelilingi), external opening ditemukan pada dua sisi anus. Maka pada tempat dimana fistula bertemu dilakukan fistulotomi dan fistula sisanya diangkat (fistulektomi). Penanganan yang dilakukan adalah sesedikit mungkin tidak melibatkan otot sfingter (otot yang salah satunya mempertahankan kemampuan untuk menahan, menjepit pada anus). Tentu saja hal ini erat kaitannya dengan seberapa berat fistula yang terjadi dan lemah atau kuatnya otot sfingter penderita. Tidak jarang penanganan harus dilakukan berulang kali. Lama terapi, tergantung dari tipe fistula, berat ringan fistula dan cepat atau lambatnya fistula ditemukan. Hal lain adalah tergantung dari ada atau tidaknya penyakit penyerta serta ada tidaknya penyakit anorektal lainnya yang menyertai. Prinsipnya adalah fistula awal/dini ditemukan, fistula segera mendapat penanganan yang tepat dan harus kontrol rutin pada dokter bedah yang menangani. Pasien harus mengerti sepenuhnya penyakit yang diderita dan penanganan apa yang dilakukan oleh dokter bedahnya. Karena setelah operasi, perawatan selanjutnya harus dilakukan oleh pasien secara mandiri sampai fistula menutup / menghilang / menyembuh.

Ada yang ingin berbagi soal fistula ani ?

8.03.2008

WASIR / AMBEIEN / HEMOROID (selanjutnya dapat dilihat di HealthToday edisi Agustus2008 - talk show SONORA 31/3/09) Wasir/ambeien nama lainnya adalah hemoroid / piles, yaitu pembengkakan dan peradangan dari pembuluh-pembuluh darah balik / vena pada daerah bawah rektum atau sekeliling anus. Merupakan Penyakit yang paling banyak ditemui diantara penyakit anorektal lainnya. Jika tidak mendapat penanganan maka hemoroid akan semakin bertambah parah, jarang yang mengalami perbaikan dengan sendirinya karena biasanya kelainan ini melibatkan secara luas pembuluh darah, jaringan lunak dan otot-otot anus . Hemoroid terbagi atas 4 derajat Derajat 1 : Disertai dengan perdarahan pada saat BAB (buang air besar) Derajat 2 : Derajat 1 yang disertai dengan timbulnya benjolan yang keluar pada saat BAB (buang air besar). Benjolan akan masuk sendiri usai BAB. Derajat 3 : Derajat 1 disertai dengan benjolan yang tambah membengkak dan membesar. Benjolan dapat masuk kedalam anus dengan didorong oleh jari. Derajat 4 : Benjolan tambah membesar dan tidak dapat masuk kembali ke dalam anus. Nama lain wasir = ambeien, hemoroid, piles Hemoroid berasal dari kata Yunani , haemorrhoides yang berarti darah yang mengalir (haem = blood, rhoos = flowing). Istilah piles berasal dari kata latin, pila yang berarti pil atau bola. Jadi memang tepat kedua istilah tersebut, karena selain ada perdarahan, penyakit ini ditandai dengan adanya / keluarnya benjolan . Di Indonesia disebut wasir, sedangkan ambeien berasal dari kata Belanda ‘ambeijen’ ( diambil dari kata buah arbij). Hemoroid juga sering pada wanita hamil biasanya sifatnya temporer / sementara. Penyebab wasir selalu dihubungkan dengan dua hal yaitu ketidakcukupan diet tinggi serat dalam menu sehari-hari dan kebiasaan mengejan saat BAB. Pada saat BAB, terjadi gesekan dan prolaps dari bantalan anus. Seiring dengan keluarnya kotoran, maka bantalan anus yang menempel secara longgar pada lapisan otot anus akan mengalami rotasi dan kembali kepada posisi semula. Pada hemoroid, bantalan anus tidak mengalami rotasi sempurna sehingga sering terperangkap (terjepit dan terbendung) oleh sfingter anus. Jepitan dan bendungan ini yang mengakibatkan timbulnya benjolan. Hal-hal yang menyebabkan rotasi tidak sempurna dari bantalan anus adalah usia, konstipasi serta proses mengejan lama. Selain itu hemoroid dapat juga terjadi akibat sumbatan pembuluh darah balik /vena pada bantalan anus akibat dorongan masa kotoran yang keras. Proses mengejan yang lama juga dapat mengakibatkan kenaikan tekanan dalam perut dan berakibat penekanan pada vena-vena otot anus. Diet tinggi serat akan menyebabkan turunnya insiden hemoroid. Biasakan minum 8 gelas / hari, banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat dan selain itu yang tidak kalah penting adalah jangan terlalu lama duduk / jongkok di toilet. Kebiasaan defekasi / BAB sangat berpengaruh, tidak adanya pengaturan dalam hal waktu dan tempat defekasi serta tidak merasa terobsesi untuk defekasi secara regular misalnya dengan membaca koran/majalah atau rokok, dapat menurunkan insiden hemoroid. Pemeriksaan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa hemoroid adalah pemeriksaan colok dubur, selain anamnesa dan pemeriksaan fisik. Melalui pemeriksaan colok dubur teraba pembesaran benjolan di dalam dan disekitar anus. Jika terjadi nyeri hebat dan adanya trombus perianal tidak diperkenankan untuk dilakukan colok dubur. Selain itu bisa juga dengan anuskopi benjolan dapat terlihat lebih jelas atau proktoskop dapat melihat keseluruhan rektum dengan baik. Pada kasus yang mencurigakan adanya penyakit saluran cerna lainnya, Dokter akan menganjurkan pemeriksaan sigmoidoskopi atau kolonoskopi. Dari seluruh tindakan pengobatan hemoroid, pencegahan - non operatif/medikamentosa – operatif, maka yang paling terbaik adalah tindakan pencegahan. Yang dapat dilakukan adalah : a) BAB usahakan teratur sehari sekali b) Usahakan kotoran tidak keras sehingga pada saat BAB tidak perlu mengejan. Hindari penggunaan pencahar. c) Jangan terlalu lama duduk di kloset d) Banyak minum minimal 1.5 – 2 liter air putih / sehari. e). Hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi lokal (makanan pedas, alcohol) atau merangsang pencernaan (kopi, teh) f. Makanan yang seimbang, kaya serat, sayur dan buah-buahan sehingga dapat menghindari konstipasi / sembelit kronis. g) Olah raga yang teratur seperti senam, berjalan atau berenang. Hindari olah raga seperti berkuda atau bersepeda. h). Hindari mengangkat beban yang berat. Penanganan hemoroid ditentukan berdasarkan derajat nya. Medikamentosa / obat-obatan Dilakukan pada hemoroid derajat 1 dan 2. meliputi : a) warm tub baths / rendam pantat beberapa kali dalam sehari, sekitar 10 menit dengan cairan PK untuk menghilangkan / mengurangi keluhan gatal, nyeri dan perdarahan b) pemberian obat-obatan seperti : - pelunak kotoran / stool softener untuk memperbaiki pola BAB. - suplemen yang mengandung banyak serat untuk memperbaiki pola BAB - Obat-obatan yang di oleskan / topikal untuk hemoroid yang mengandung anestesi lokal atau steroid dapat juga dipakai atau sediaan supositoria (obat yang dimasukkan kedalam anus) untuk menghilangkan nyeri. - obat-obatan untuk menghilangkan perdarahan Tindakan / Operasi Dilakukan pada hemoroid derajat tiga dan empat. Pengobatan secara pembedahan / operatif dapat juga diindikasikan pada kasus hemoroid dimana telah dilakukan pengobatan secara konservatif / non operatif tapi tidak menampakkan keberhasilan bahkan menimbulkan serangkaian gejala a.l rasa terbakar pada anus, gatal, pembengkakan, benjolan bertambah besar, bengkak dan keluar anus serta perdarahan yang semakin berat. Tindakan pembedahan juga dilakukan pada kasus hemoroid eksterna yang mengalami kegagalan dengan pengobatan non operatif, kegagalan artinya gejala klinis menetap bahkan bertambah parah. Bagaimana dengan penggunaan obat-obatan tradisional ? Prinsipnya pada pengobatan hemoroid diperlukan obat-obatan yang dapat melunakkan kotoran , memberikan efek relaksasi pada otot dubur sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada saat BAB, memberikan efek pengempesan pembuluh darah balik / vena pada anus sehingga mengurangi spasme selain juga dapat mengurangi nyeri. Jika kandungan obat tradisional sudah memenuhi kriteria diatas dan tentu saja telah melewati pelbagai uji klinik (bukan hanya sekedar testimonial saja) maka tentu saja obat tersebut dapat aman untuk dikonsumsi.

LAPAROSKOPIK APPENDEKTOMI (dikumpulkan dari "talk show radio SONORA 29/7/08) Laparoskopik apendektomi adalah operasi pengangkatan usus buntu (apendektomi) yang dilakukan dengan tehnik bedah laparoskopi. Laparoskopi adalah bagian dari tehnik endoskopi, berasal dari kata lapar yang berarti abdomen dan oskopi yang artinya melihat melalui skope. Laparoskopi memang khusus untuk melihat rongga perut atau rongga di luar usus melalui pencitraan pada monitor video menggunakan teleskop dan sistem endokamera. Bedah laparoskopi berbeda dengan bedah konvensional karena laparoskopi hanya membutuhkan akses minimal ke tubuh pasien. Pada bedah konvensional, sayatan di perut bisa sepanjang belasan sentimeter. Sementara, pada bedah laparoskopi, akses yang dibutuhkan hanya 2 milimeter sampai 10 milimeter Dengan bedah laparoskopi apendektomi, hanya dibutuhkan tiga lubang kecil untuk memasukkan alat. Lantaran akses yang dibutuhkan kecil, tindakan penjahitan tak dibutuhkan lagi. Lubang kecil yang dihasilkan cukup ditutup dengan plester pembalut (band aid) khusus. Setelah luka tersebut kering pun, tak akan ada bekas luka parut memanjang yang kadang menakutkan. Tehnik operasi ini tanpa melihat dan menyentuh langsung organ yang di operasi. Bedah laparoskopi menggunakan minimal tiga lubang sebagai akses. Lubang pertama dibuat di bawah pusar. Fungsinya untuk memasukkan kamera super mini, yang terhubung ke monitor, ke dalam tubuh. Lewat lubang itu pula, sumber cahaya dimasukkan. Sementara, dua lubang lain diposisikan sebagai jalan masuk peralatan bedah seperti penjepit atau gunting. Melalui kamera yang dimasukkan ke dalam rongga perut, memungkinkan dokter bedah untuk melihat keadaan dalam perut dengan melalui sayatan yang sekecil-kecilnya. Pada operasi perut seringkali dokter bedah, memerlukan sayatan yang cukup lebar untuk mendiagnosa penyakit, maka dengan bedah laparoskopik hal tersebut dapat diatasi – dengan sayatan kecil kita dapat melihat seluruh rongga perut. Sebelum operasi dimulai, perut akan dipompa dengan gas CO2 agar menggembung dan peralatan bedah dapat leluasa bekerja di dalam tubuh. Setelah itu, trocart, pipa berdiameter 2 milimeter sampai 10 milimeter, dimasukkan. Trocart mempunyai katup yang berfungsi menutup rapat perut agar CO2 tak keluar kembali dan perut tetap menggelembung. Melalui lubang trocart itulah, peralatan bedah masuk ke tubuh. BANYAK keuntungan yang bisa diperoleh pasien bila menjalani operasi laparoskopi. Salah satunya adalah luka sayatannya kecil. Ini membuat orang tak perlu lagi merasa ketakutan menjalani operasi karena gambaran sayatan yang panjang. Luka sayatan yang kecil juga meminimkan kerusakan jaringan sehingga waktu penyembuhannya relatif lebih cepat dibandingkan tehnik bedah konvensional. Keuntungan lain, rasa sakit paskaoperasi juga lebih ringan. Jangka waktu yang diperlukan untuk mengkonsumsi obat analgetik dan obat antibiotik intra vena lebih singkat. Gangguan pergerakan atau kelumpuhan usus sementara yang biasa menyertai bedah konvensional juga lenyap. Pada bedah laparoskopi, hal tersebut tak berlaku karena tangan dokter tak menyentuh usus. Selain itu teknik laparoskopi juga nyaris tidak meninggalkan bekas operasi. Ini tentu sangat bermanfaat bagi kaum wanita mengingat keindahan tubuh acap menjadi pertimbangan yang utama. Karena banyak menawarkan kenyamanan untuk pasien juga untuk dokter bedahnya maka tindakan laparoskopik ini sering disebut sebagai tindakan operasi yang amat ”bersahabat” . Dokter bedah yang melakukan tehnik ini beserta seluruh tim yang tergabung dalam kamar operasi tentunya harus kompeten. Perlu adaptasi spesifik antara mata dan gerakan tangan, perlu kepekaan karena ”tactile control” hilang. Karena memerlukan alat-alat yang khusus dan seringkali hanya satu kali pakai, maka biaya untuk pelaksanaan laparoskopik sedikit lebih besar dibandingkan tehnik yang biasa. Meskipun demikian, biaya yang besar ini sebenarnya akan tertutup oleh berbagai kenyamanan yang ditawarkan oleh tehnik bedah laparoskopik, misalnya lama rawat inap yang singkat, nyeri setelah operasi yang minimal, luka sayatan operasi yang minimal sehingga komplikasi juga jauh lebih minim – selain itu tidak banyak manipulasi usus yang dilakukan, seperti halnya pada tehnik konvensional. Pada kasus apendisitis / radang usus buntu pada pasien wanita yang juga mengalami keluhan pada organ reproduksi, tindakan laparoskopik amat sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pasien gemuk dengan dinding perut yang tebal, operasi akan menjadi lebih mudah jika dilakukan dengan laparoskopik. Pada keadaan yang menyulitkan, maka tindakan bedah laparoskopik dapat di konversi ke tindakan konvensional. Konversi adalah tindakan mengubah prosedur bedah laparoskopik ke bedah konvensional untuk mencapai hasil operasi lebih baik. Tidak semua kasus pembedahan dapat dilakukan dengan bedah laparoskopi. Misalnya saja pada kasus appendisitis, bedah laparoskopi tidak dapat dilakukan pada kasus peritonitis, atau apendisitis perforata, dimana usus buntu sudah pecah dengan nanah / abses yang sudah tersebar ke seluruh rongga perut. Pada kasus dimana usus buntu melekat masif pada usus-usus sekitarnya juga agak sulit jika dilakukan bedah laparoskopik. Secara umum, pada pasien yang sebelumnya telah dilakukan operasi pada perut, tidak diperkenankan untuk dilakukan bedah laparoskopik karena dikhawatirkan telah terjadi perlekatan sehingga akan menimbulkan kesulitan saat alat laparoskopik masuk kedalam rongga perut. Pada kasus apendisitis / radang usus buntu, pasien wanita yang juga mengalami keluhan pada organ reproduksi, tindakan laparoskopik amat sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pasien gemuk dengan dinding perut yang tebal, operasi akan menjadi lebih mudah jika dilakukan dengan laparoskopik. Saat ini tehnik bedah laparoskopi banyak menawarkan kenyamanan pada para pasien dan akan menjadi tehnik pembedahan baru yang menandakan semakin meningkatnya ilmu kedokteran.

1.12.2008

INFEKSI LUKA OPERASI / ILO / WOUND INFECTION Infeksi luka operasi dapat terjadi tergantung banyak hal misalnya 1) jenis operasi yang dikerjakan. Pada operasi dengan jenis ‘contaminated’ / yang tercemar – terkontaminasi tentu saja resiko infeksi nya jauh lebih besar dibandingkan jenis operasi ‘bersih’. Contoh, operasi usus buntu dengan kondisi usus buntu yang sudah bernanah, sudah pecah tentu resiko infeksi yang terjadi jauh lebih besar dibandingkan operasi usus buntu dalam kondisi usus buntu yang masih baik 2) Lokasi target organ yang dioperasi. Operasi yang target organnya berada di rongga perut kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar dengan operasi yang dilakukan di luar rongga perut. Operasi pada daerah anus juga berbeda dengan operasi pada daerah tubuh yang lain. 3) Tehnik operasi yang dilakukan. Pada tehnik operasi yang menghasilkan paparan luas, seperti sayatan tengah rongga perut (sayatan median pada jenis operasi laparatomi eksplorasi) tentu resiko infeksi yang terjadi jauh lebih berat dibandingkan sayatan pada pinggir kanan bawah perut (mis pada kasus hernia / usus buntu). Tehnik operasi dengan laparoskopi akan memberikan resiko infeksi yang kecil karena tidak melibatkan banyak otot-otot dan bagian tubuh lain yang harus ‘dirusak’. 4) Adanya penyakit lain yang menyertai. Pasien dengan operasi usus , jika ia juga memiliki penyakit lain seperti TBC, DM / kencing manis, malnutrisi dll maka penyakit-penyakit tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka operasi. Selain itu, jika ditemukan lebih dari satu penyakit yang harus dilakukan operasi pada saat bersamaan, misalnya selain menjalani operasi angkat batu empedu / kolesistektomi pasien juga menjalani operasi angkat usus buntu yang meradang / apendisitis, maka komplikasi operasi (termasuk infeksi) yang terjadi dapat lebih besar 5) Keadaan pasien secara umum. Inilah pentingnya pemeriksaan lab dan ronsen sebelum operasi dilakukan. Meskipun demikian pada operasi-operasi yang bersifat emergensi, jika keadaan umum pasien kurang baik (misalnya Hb rendah, demam, nilai-nilai tertentu dari lab yang menurun dari normal), maka operasi tetap dilakukan sambil tetap mengkoreksi keadaan umum yang kurang baik tadi. 6) Kompetensi / kemampuan Dokter Bedah yang melakukan operasi. Jika memang kasusnya harus dilakukan operasi, pilihlah Dokter Bedah yang telah memiliki kompetensi. Beberapa kasus di daerah, ada seorang dokter umum kedapatan sering melakukan tindakan sesar / membantu persalinan lewat operasi. Meskipun akses sayatan yang dilakukan adalah benar, tentu saja seharusnya hal tersebut tidak dibenarkan, karena masalah kompetensi tetap harus dipertimbangkan. Begitu juga pada kasus yang teramat sub spesialistis, selayaknya seorang ahli Bedah Umum dapat merujuk pasiennya ke Dokter yang lebih ahli seperti Bedah digestif, Bedah Urologi dsb. 7) Perilaku Pasien, misalnya setelah menjalani operasi wajib KONTROL ke pada dokter Bedahnya. Sewaktu kontrol pasien menerima sejumlah hak, hak untuk dilihat perkembangan luka operasinya, hak mendapat penjelasan mengenai apa saja yang dilakukan untuk membantu memulihkan kesehatannya post operasi, hak mendapat keterangan-keterangan lain berkaitan dengan operasi yang dijalani. Pasien yang “malas “ kontrol karena merasa luka operasi nya sudah sembuh, biasanya akan mengalami komplikasi operasi yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan pasien-pasien yang setia mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Dokternya. Pasien yang “setia” ‘pada hanya dengan ‘ dokter Bedahnya yang mengoperasi, biasanya akan mengalami komplikasi operasi jauh lebih sedikit dibandingkan pasien lain yang (misalnya) jika mengalami keraguan pada terapi obat yang diberikan, bukan bertanya langsung pada dokter ybs tapi malah mengikuti saran kerabat, teman yang belum tentu dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga jalinlah “persahabatan” yang baik dengan Dokter Bedah yang mengoperasi. Jangan sampai mempunyai rasa sungkan, rasa “tidak enak” jika harus bertanya kepada dokter nya untuk sesuatu yang tidak dan ingin diketahui. Ada yang punya pengalaman mendapatkan infeksi pada luka operasi ? atau mendapatkan komplikasi lain setelah pembedahan ? Bisa dan sangat boleh sama-sama berbagi disini.

USUS MALAS / USUS PARALITIK / KEMBUNG TERUS MENERUS Setelah menjalani operasi besar pada rongga perut misalnya operasi laparatomi eksplorasi (operasi dengan sayatan tengah perut ) kadang-kadang disertai dengan komplikasi terjadinya usus yang malas bekerja. Usus malas ditandai dengan adanya kembung, belum flatus / buang angin, mual dan muntah dan belum bisa BAB (buang air besar) untuk waktu yang relatif lama. Pada keadaan ini dokter akan memasang selang lewat hidung untuk membantu dekompresi / pengosongan isi usus . Pasien diharuskan puasa sehingga kebutuhan nutrisi didapat dari cairan infus. Pada keadaan yang sudah jauh lebih baik, pasien dapat diperbolehkan minum sedikit-sedikit atau hanya basah-basah bibir atau isap-isap permen. Sambil dievaluasi dengan melihat hasil produksi pada selang hidung, pasien dapat mulai melakukan mobilisasi bertahap, mika miki (miring kanan miring kiri), duduk bersandar, duduk tanpa bersandar, berdiri dan jalan. Jika dilakukan foto ronsen abdomen 3 posisi, kadang-kadang tampak seperti ada sesuatu yang menyumbat usus, dimana udara tidak mencapai daerah bawah. Meskipun demikian jika dokter tidak menemukan gambaran atau gerakan usus yang khas terlihat pada kasus dimana terjadi sumbatan yang memerlukan operasi segera, maka pengobatan pada pasien tersebut selain obat-obatan inti adalah puasa, puasa dan puasa. Foto ronsen abdomen 3 posisi biasanya akan diulang lagi untuk evaluasi. Pada pasien atau keluarga pasien yang kurang mengerti tentang penyakit yang ia derita, seringkali merasa khawatir, cemas karena harus tinggal lama di RS tanpa diperbolehkan makan dan minum disertai dengan kembung plus tanpa BAB dalam waktu lama. Pada kasus ini dibutuhkan kesabaran, ketaatan pasien untuk menerima instruksi dari perawat dan Dokter. Keluarga tentu saja memberikan semangat. Saran pada pasien dan keluarga pasien yang mengalami usus malas / usus paralitik setelah operasi 1) Pada saat dilakukan pemasangan NGT / selang melalui hidung, sering menimbulkan rasa tidak nyaman, dihadapi saja – tabah. 2 ) Sering harus dilakukan pemasangan kateter uretra (selang untuk BAK – buang air kecil) untuk menilai kecukupan cairan yang dimasukkan tubuh, alat ini juga sering menimbulkan rasa tidak nyaman. 3) Setiap hari harus mendisiplinkan diri untuk melakukan mobilisasi, mobilisasi jangan menunggu kalau perawat atau dokter datang. Tiap 8 jam belajar untuk miring kanan, jika belum sempurna miring / full miring maka punggung bisa diganjal dengan guling terlebih dahulu, kemudian 8 jam lagi miring kiri demikian seterusnya. Jika rasa sakit pada luka operasi sudah tak tertahan, mintakan obat penghilang rasa sakit pada perawat. Rasa sakit pada bekas luka operasi jangan menghalangi untuk melakukan mobilisasi. Hal ini lakukan terus menerus, tiap hari harus ada semangat untuk melakukan mobilisasi, tetapkan target untuk bisa duduk, berdiri dan jalan. Yang penting jangan lupa untuk terus semangat ! 4) Tetap bersabar jika melihat segelas teh manis hangat yang tersaji untuk keluarga yang menunggu, jangan tergoda untuk diminum begitu pula kalau melihat makanan atau buah di depan mata yang dibawa oleh pengunjung yang besuk. Jika tiba saatnya maka usus akan dapat bekerja lagi. Berikan dukungan moril pada pasien, agar dapat melewati keluhan tersebut dengan ikhlas. Ada yang ingin berbagi soal pengalaman mengalami “usus malas” sehingga harus berhari-hari bahkan berminggu-minggu istirahat di RS ?

8.22.2007

LIPOMA - BENJOLAN LEMAK
Umum dijumpai, termasuk tumor jinak yang berasal dari jaringan lemak. Benjolan lunak, berwarna kuning terang dan disekelilingi oleh kapsul yang tipis. Umumnya dapat digerakkan dari dasar dan tidak disertai nyeri. (nyeri timbul jika lipoma di tekan dan di pijat). Pertumbuhannya lambat dan tidak pernah mengalami perubahan menjadi ganas (meskipun type tumor ganas liposarkoma juga berasal dari jaringan lemak). Kebanyakan berukuran kecil meskipun dapat membesar dengan diameter lebih dari 6 cm. Ada beberapa macam lipoma yang dijumpai, seperti tipe Subkutaneus superfisial. ,Deep intramuscular, Spindle cell lipoma, Angiolipoma benign lipoblastoma, Lumbosacral lipoma, Diffuse lipomatosis, Lipoma of tendon sheath, nerves, synovium, periosteum, lumbosacral area atau tempat lain yang letaknya lebih dalam / deeper seperti pada jantung, otak dan paru-paru. Lipoma timbul tidak selalu karena faktor keturunan, meskipun bisa tampak seperti multipel lipomatosis herediter. Beberapa dokter percaya bahwa timbulnya lipoma biasanya dipicu dengan trauma kecil pada daerah ybs (minor injury). Tidak ada korelasi antara pertumbuhan lipoma dengan kelebihan BB (over weight) Biasanya tidak memerlukan pengobatan, kecuali jika menimbulkan rasa nyeri, mengganggu pergerakan dan secara kosmetik memberikan rasa tidak nyaman. Jika kapsul tidak secara keseluruhan terangkat, Kadang-kadang setelah pembedahan lipoma dapat timbul kembali (angka kekambuhan kurang dari 5 %). Lipoma dapat diambil dengan cara pembedahan (eksisi), atau liposuction. Liposuction biasanya diperuntukkan untuk lipoma ukuran besar. Menghasilkan bekas sayatan luka operasi yang minimal / sangat kecil tapi tidak dapat mengangkat keseluruhan kapsul lipoma sehingga dapat menyebabkan kekambuhan (lipoma tumbuh kembali). SETELAH OPERASI 1. Rasa nyeri akan timbul untuk beberapa hari. Tergantung banyak hal misalnya lokasi lipoma, ukuran lipoma, keadaan umum pasien secara keseluruhan. 2. Luka tidak boleh kena air minimal 7 hari (bisa lebih lama tergantung proses operasi yang dilakukan – Dokter akan menjelaskan) 3. Pada lipoma yang cukup besar dan letaknya dalam diperlukan pemasangan drain / selang pada luka operasi untuk mengalirkan sisa-sisa bekuan darah post op. Drain/selang akan dicabut oleh dokter. 4. Pencegahan agar tidak terjadi infeksi luka operasi, jaga agar kondisi luka tetap kering. Minum obat yang diberikan Dokter teratur, kontrol luka untuk ganti verband ke poli Bedah. 5. Daerah yang di lakukan operasi tetap mobilisasi / melakukan aktifitas seperti biasa, jika terjadi pengecualian dari hal-hal diatas Dokter akan menjelaskan.
Ada yang ingin berbagi soal Lipoma ?